Tangisan dari harapan
dan goresan dari ingatan,
kini menjelma kembali di lubuk hati.
Ya...ketika pertama kali aku mengagumi
kepolosan dan kemurnian dari setangkai
bunga yang wangi.
Dua musim kulalui bersamanya dalam
ikatan janji
saling menyayangi. Siang dan malam
pun kunikmati
seiring dengan warna-warni bumi.
Wanginya yang khas senantiasa hiasi
hari-hariku menjadi jauh lebih berarti.
Oh…betapa bahagianya hati ini.
Namun, seiring dengan waktu berlalu.
Rasa sayangku pada bunga itu perlahan-
lahan memudar.
Segala corak dan warna yang dulu
sempat kukagumi pun seketika sirna.
Karena dia. Ya...karena dia telah
mengkhianati janji
dan kesetiaan yang selama ini kukemas
rapi dalam hati.
Sunggguh aku tak mengerti. Betapa
mudahnya ia melepas diri
setelah sekian lama aku merawat dan
menjaganya sepenuh hati.
Aku tak mampu menahan pedihnya luka
ini.
Hingga akhirnya aku pasrah diri. Dan
berjanji
untuk meninggalkannya. Karena tak
mungkin,
tak mungkin aku menghirup kembali
aroma bunga yang sudah tidak wangi
lagi.
Tak mungkin aku bisa menjamah lagi
tangkai bunga yang sudah dipenuhi duri.
Mugkin suatu saat nanti dia akan
mengerti,
dia akan menyesali atas durinya yang
telah menyakiti.
Itupun jika ia masih memiliki hati nurani.
Dan, andai saja nanti
Aku menemukan kembali bunga yang
wangi,
Kuharap corak dan warnanya jauh lebih
berarti.
dan wanginya kan slalu abadi dalam hati.